Assalamu'alaikum
Wr. Wb.
Ini adalah
post Salimah yang pertama, setelah sekian lama mengendap di dalam laptop sampai
lumutan (?), dan akhirnya setelah sekian lama dipublikasikan juga. Yang
terpenting adalah, saya sangat berterima kasih kepada pembuat asli artikel ini,
tenang saja, karena saya bakalan menyebutkan sumbernya. Jazakumulloh khoiron
katsiron. Daripada semakin lama semakin tidak jelas menceracau, lebih baik
langsung saja...
SIAPKAH KITA, JIKA MAUT DATANG MENJEMPUT?
Dapatkah
kita menduga atau mengira bilamana ajal kita akan tiba, dan umur kita akan
berakhir? Dapatkah kita merencanakan atau berjanji, bagaimana cara kematian
akan kita alami sehingga kita siap rohani dan jasmani?
Dapatkah
kita memohon jatah umur bagi kita tepat sehabis Ramadhan atau berhaji, ketika
dosa diampuni tammat, dan nyawa dicabut malaikat ketika kita dalam keadaan
sehat?
Dapatkah
waktunya kita majukan atau mundurkan, ketika nafas terakhir itu dihembuskan dan
sorotan mata kita dikosongkan?
Dapatkah
kita membereskan segala yang terlalai, hutang-hutang, janji-janji, kerja yang
terbengkalai, cita-cita yang belum tercapai?
Dapatkah
kita menekan semua bentuk kesombongan dan kepada orang-orang yang hatinya kita
sakiti dengan membungkuk merendah kita dimaafkan?
Dapatkah
kita menyaring pergosipan dan pergunjingan, lalu suatu waktu total sepenuhnya
dihentikan sehingga daging saudara sendiri tak lagi dikunyah? Dapatkah kita
menghabisi semua ganjaran iri hati, kecemburuan yang dibisikkan jin di telinga
kanan dan kiri dan mereka diusir jauh dengan ayat kursiy?
Dapatkah
kita padamkan segala bentuk dendam yang di dalam hati lama jita pendam-pendam
dan dengan tulus memberikan permaafan?
Dapatkah
kita musnahkan perilaku ujub dan riya kita, suka mencerca dalam hati, pamer
jasa dan harta, dan berhenti menyebut-nyebutnya?
Dapatkah
kita dengan tepat melaksanakan evaluasi terhadap harta benda yang selama ini
diakumulasi sehingga benar-benar bersih bagi yang akan diwarisi? Siapkah kita,
bila jantung kita berkata,”Sudah, cukup sampai disini saja!”
Pada suatu
masa, di suatu tempat, maut akan tiba. Beratus kemungkinan waktunya. Beribu
kemungkinan tempatnya.
Melalui
gabungan kemungkinan bentuk dan cara, lewat penyakit, kecelakaan, perang,
berbagai bencana di dalam rumah, kendaraan, jalan raya, di alam terbuka. Secara
sangat perlahan dan begitu lama orang dapat menduga-duga.
Secara
perlahan orang mana mungkin menerka.
Secara tak
disangka, sangat tiba-tiba tanpa isyarat suatu apa dan tepat pada detik
terjadinya kita yang menyaksikan, semua terpana, menundukkan kepala semua
terpukul, terguncang, terhempas, terobek, tiada sepatah kata. Semua menitikkan
air mata.
“Sesungguhnya agama itu mudah, dan seseorang tidak
akan memberatkan diri karena agama kecuali ia akan dikalahkannya. Maka
luruskanlah, saling mendekatlah, gembirakanlah dan gunakanlah pagi dan sore
hari, serta sesaat pada akhir malam (sebelum fajar)”
−H.R. Bukhari dan Nasa’i.−
Sumber: (Abyan al-Haq edisi 09)
Semoga
artikel saya kali ini dapat dibuat sebagai bahan introspeksi diri, bagi saya
terutama dan bagi para pembaca sekalian.
Wassalamu'alaikum
Wr. Wb.
1 komentar:
SALIMAAHH
Posting Komentar